INDONESIASENTRIS.COM | Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) Giring Ganesha punya harapan besar bahwa budaya Indonesia yang penuh keberagaman, ke depan bisa lebih dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat dunia. Akan tetapi, proses menduniakan budaya lokal pada era digital dan media sosial punya tantangan dan perlu strategi tersendiri
Giring cukup menyayangkan selama ini fokus narasi yang muncul hanya pada cara bagaimana budaya lokal bisa tetap bertahan di tengah era keterbukaan. Padahal, pola berpikir dan merespons dunia digital seharusnya tidak demikian. Pasalnya, era digital adalah panggung baru. Layaknya sebuah panggung, maka mesti dimanfaatkan ruangnya.
“Kita jangan defense terus. Kita seharusnya ikut berkontribusi terhadap kebudayaan dunia. Untuk itulah, visi besar pak menteri ialah menjadikan Indonesia sebagai ibu kota kebudayaan dunia,” ungkap Giring dalam diskusi Kebudayaan Dalam Demokrasi Kita di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (24/11/2025).
Giring mengatakan di era sekarang, Indonesia dan banyak negara lain makin digempur oleh sejumlah kebudayaan pop dari sejumlah negara. Misalnya, budaya Amerika yang makin melebar lewat Hollywood, atau budaya Korea Selatan yang belakangan makin digandrungi anak-anak muda di dunia, lewat musik maupun filmnya.
Menurut Giring, narasi kebudayaan perlu dilawan pula oleh hal yang sama, bukan malah sibuk bertahan. Dengan kekayaan budaya yang ada, bagi Giring, Indonesia jauh lebih punya sisi daya tarik dan keunikan. Masalahnya, hal tersebut belum dinarasikan dan dipromosikan dengan semestinya.
“Kita perlu reinventing national identity. Kita perlu gali dan angkat lagi narasi-narasi besar Muaro Jambi, narasi besar Borobudur, narasi tentang kebaya, keris, dan masih banyak lagi,” pikirnya.
Sebab, yang dilakukan oleh negara lain, memang berangkat dari kekayaan negara sendiri, lalu dipromosikan ke dunia. Lalu, dunia merespons itu sebagai bentuk budaya pop baru. “Kita itu punya aset-aset itu dan saya yakin, aset-aset budaya kita juga bisa menginspirasi dunia,” imbuhnya.
Dengan era internet sekarang, menurut Giring, ini bisa jadi momentum besar yang harus segera dimanfaatkan. Sebab, potensi untuk mengenalkan budaya ke dunia sekarang relatif lebih mudah, meski perlu juga diakui proses masuk kebudayaan lain ke lokal juga jadi mudah.
Wamenbud Giring mengatakan kementeriannya punya 2 rumus untuk menduniakan budaya lokal. Satu langkah besar itu akan mewujud dengan merumuskan Omnibus Law Kebudayaan. Menurutnya, omnibus kebudayaan saat ini keberadaannya sudah sangat vital.
Sebab, saat ini, cara pemangku kepentingan dalam memandang kebudayaan dianggapnya belum sama. Salah satu yang disorotnya ialah terkait anggaran kebudayaan. Padahal, fungsi anggaran jadi salah satu hal penting dalam upaya memajukan dan mengembangkan kebudayaan.
“Tanpa menyebut nama, ada sebuah daerah yang anggarannya hanya Rp70 juta saja dan kita tidak bisa menanyakan kenapanya. Di sisi lain, ada daerah yang lebih mawas dan punya anggaran budaya besar, seperti Yogyakarta. Itu bisa kita lihat kan bagaimana Jogja bisa begitu kaya akan budaya, pariwisata, dan hal-hal kreatif lain,” ungkapnya.
Dengan adanya omnibus law kebudayaan, Giring menyebut ke depan permasalahan regulasi akan lebih jelas. Di luar itu, Undang-Undang pun dapat memastikan kebudayaan bisa menjadi prioritas dalam pembangunan sebuah daerah.
Kemudian, rumus kedua yang ingin dilakukan kementeriannya ialah menyusun Grand Design Kebudayaan. Penyusunan ini penting agar kebudayaan Indonesia bisa punya langkah strategis yang jelas. “Grand Design bukan hanya dokumen, tetapi peta jalan konkret mencapai visi Indonesia,” tuturnya.[]