SENTRIS | Magetan--Masjid At-Taqwa di Godegan, Magetan, adalah warisan bersejarah dan penting dari masa lalu. Dalam masa perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro pada tahun 1525-1830, masjid ini menjadi tempat perlindungan untuk pasukan pribumi. Bahkan hingga saat ini, sisa-sisa peninggalan pasukan Diponegoro masih dapat ditemukan di masjid yang berada di Dusun Godhegan ini.
Masjid At-Taqwa adalah bukti konkret dari perjuangan dan keberanian pasukan Diponegoro. Didirikan pada sekitar tahun 1840 oleh bekas pengawal Pangeran Diponegoro yang bernama Kiai Imam Nawawi, masjid ini memiliki ciri khas dengan adanya pohon sawo kecik yang tumbuh di depannya. Sebagai pengakuan akan nilai sejarahnya, masjid ini telah diakui oleh pemerintah sebagai salah satu Benda Cagar Budaya yang mendapatkan perawatan rutin.
Selain Kiai Nawawi, Eyang Buyut Mustarim juga turut berperan dalam pendirian masjid ini. Ia adalah keturunan Ki Ageng Sengoro yang melarikan diri saat terjadi perang antara Majapahit dan Demak. Di masa lalu, di sebelah utara masjid ini juga terdapat sebuah pesantren yang dikenal dengan nama 'Pesantren Godhegan'. Meskipun tidak memiliki nama resmi, pesantren ini merupakan bagian penting dari kompleks masjid.
Keunikan dari masjid kuno ini terletak pada struktur bangunannya. Semua dinding, atap, dan tiang masjid terbuat dari kayu jati alami. Ditambah lagi, ukiran-ukiran tangan yang indah menghiasi dinding dan tiang kayu jati ini, yang semuanya dibuat dengan alat manual. Menurut Kiai Hamid, sesepuh masjid, leluhurnya meninggalkan warisan berupa ratusan bundel manuskrip yang berisi ajaran-ajaran keislaman yang berharga. Sayangnya, hanya 18 bundel manuskrip yang tersisa hingga saat ini.
Kondisi masjid yang mulai rapuh dan bocor menyebabkan sebagian manuskrip hilang atau rusak. Sejak dipugar pada tahun 1997, hanya 18 manuskrip yang berhasil diselamatkan. Kiai Hamid menyadari pentingnya manuskrip-manuskrip tersebut, namun ia menghadapi kesulitan dalam menjaga dan merawatnya. Saat ini, manuskrip-manuskrip tersebut ditempatkan dalam sebuah lemari kayu di teras masjid, namun kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak bagian yang sobek, lembab, berlubang, dan rapuh.
Untuk mengatasi kerusakan yang semakin meluas, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Centre for the Study of Manuscript Culture (CSMC) University of Hamburg melalui program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA).
Program ini bertujuan untuk menyelamatkan isi manuskrip-manuskrip tersebut dengan mengalihkannya menjadi bentuk digital. Melalui upaya ini, harapannya manuskrip-manuskrip tersebut dapat dilestarikan dan diakses oleh generasi mendatang.
Masjid At-Taqwa di Godegan, Magetan, adalah bukti hidup dari sejarah dan kekayaan budaya Indonesia. Dalam perjalanan waktu, perlu upaya bersama untuk menjaga dan melestarikan peninggalan berharga ini. [fath]
Komentar0