Indonesia Sentris | Kota Semarang adalah ibukota Propinsi Jawa Tengah dan sekaligus kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Nama Semarang berasal dari kata ‘sem’ yang artinya ‘asam atau pohon asam’ dan dari kata ‘arang’ yang berarti ‘jarang’. Jika digabungkan artinya menjadi ‘asam yang jarang – jarang’.
Pemberi nama ini adalah Ki Ageng Pandanaran I
yang mendapatkan ilham ketika datang ke sebuah pulau bernama Tirang, yang
terletak di Pelabuhan Bergota. Di pulau itu ada pohon asam yang jarang – jarang
tumbuh dengan berdekatan.
Semarang yang dijuluki Kota Lumpia ini
menyimpan destinasi wisata sejarah di Jawa Tengah. Kota dagang kuno, kota pelabuhan dan kota
pemerintahan yang penting bagi Belanda mengundang banyak orang yang berasal
dari berbagai etnis dan ras untuk menetap di masa itu.
Status penting Semarang bagi Belanda juga
memungkinkan berdirinya berbagai bangunan kuno yang memiliki berbagai campuran
gaya arsitektur, terutama gaya Eropa dan menjadi bagian sejarah kota Semarang.
Berikut adalah destinasi wisata sejarah di Semarang yang layak dikunjungi
bersama keluarga.
1. Lawang Sewu
Lawang Sewu merupakan bangunan bersejarah di
Semarang ini sangat terkenal terutama di kalangan pecinta bangunan kuno dan
pecinta wisata sejarah. Arti nama lawang sewu adalah seribu pintu, berasal dari
pintunya yang sangat banyak dan jendela yang tinggi dan besar sehingga
menyerupai pintu.
Lawang Sewu merupakan bangunan bekas kantor
Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau perusahaan kereta api
Belanda. Sampai saat ini semua ornamen bangunannya masih asli termasuk hiasan
kaca patri yang terdapat di salah satu bagian bangunan.
Pembangunan lawang sewu dimulai pada 1903
hingga 1907 oleh arsitek Belanda ternama Prof. Jacob F. Klinkhamer dan BJ
Queendag. Nilai sejarah yang dimiliki Lawang Sewu membuatnya menjadi satu dari
102 bangunan kuno yang harus dilindungi oleh pemerintah kota Semarang yang
terletak di sisi timur Tugu Muda.
2. Masjid Kauman Semarang
Masjid
Kauman didirikan pada pertengahan abad XVI Masehi (1575 M) atau jauh
sebelum masa penjajahan di bumi nusantara ini. Namun, masjid ini diakui justru
lebih tua dari Kota Semarang. Pasalnya, cikal bakal terbentuknya Kota Semarang
justru berawal dari masjid tersebut.
Dalam catatan sejarah Yayasan MAS atau MBS,
masjid ini didirikan oleh Sunan Pandan Arang atau dikenal juga dengan sebutan
Ki Ageng Pandan Arang. Bagi warga Semarang, mereka menyebutnya dengan nama
Pandanaran. Ulama ini merupakan seorang maulana dari negara Arab yang bernama
asli Maulana Ibnu Abdul Salam.
Oleh Sunan Kalijaga--lewat Sultan Hadiwijoyo
(Pajang)--Sunan Pandan Arang ditunjuk untuk menggantikan kedudukan Syekh Siti
Jenar. Sunan Pandan Arang ditugaskan untuk menyampaikan syiar Islam di daerah
sebelah barat Kasultanan Bintoro Demak. Belakangan, daerah ini dikenal dengan
nama 'Semarang' yang berasal dari kata asem arang atau pohon asam yang
tumbuhnya jarang.
3. Kota Lama
Kota Lama adalah kawasan di Semarang yang
menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20 . Pada masa itu, untuk mengamankan
warga dan wilayahnya, kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng
Vijhoek.
Untuk mempercepat jalur perhubungan antar
ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan
jalan utamanya dinamai: Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto.
Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok,
yang disebut De Zuider Por.
Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga
Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi,
tampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga tampak
seperti kota tersendiri dengan julukan "Little Netherland".
Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi
bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya
berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno
yang masih berdiri dengan kukuh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang.
4. Tugu Muda
Pembangunan Tugu Muda ini adalah wujud dari
penghargaan masyarakat Semarang terhadap jasa–jasa para pejuang yang gugur
dalam pertempuran kemerdekaan. Tugu ini menjadi lambang dari semangat para anak
muda di Semarang yang melawan penjajahan Jepang, tepatnya Perang Lima Hari
Semarang yang berlangsung dari 14-19 Oktober 1945.
Tugu mulai dibangun pada 28 Oktober 1945 oleh
Gubernur Jawa Tengah di masa itu dengan beberapa kali penundaan karena perang
melawan sekutu, Jepang dan juga halangan dari pendanaan pembangunannya. Sampai
akhirnya pembangunan tugu ini berhasil disempurnakan pada 1951 dan diresmikan
pada 20 Mei 1953 oleh Bung Karno.
5. Gedung Pos
Semarang merupakan salah satu dari tiga kota
pelopor jasa pos pertama di Indonesia. Gedung pos ini diperintahkan
pembangunannya oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda ke 27, Gustaaf Willem Baron
van Imhoff yang juga mendirikan kantor pos pertama di Batavia.
Sebelum menempati gedung ini, lembaga pos yang
dibentuk oleh J.P Theben Tervile yang mulai beroperasi pada 1862 menempati
gedung di area Kota Lama Semarang. Di depan kantor pos ini terdapat Tugu Titik
Nol KM Semarang. Tahun 1979 dilakukan
pemugaran pada gedung ini dan sekaligus penambahan ruang di bagian belakang
bangunan. [fro]
Komentar0