Logo Indosia sentris Logo Indosia sentris
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Reading: Lilin Bagi Indonesia Gelap
Share
Search
Font ResizerAa
Khazanah IndonesiaKhazanah Indonesia
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Heritage
  • Saintek
Search
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Follow US
Made by ThemeRuby using the Foxiz theme. Powered by WordPress
Home » Blog » Lilin Bagi Indonesia Gelap
Dialektika

Lilin Bagi Indonesia Gelap

Di bawah terik matahari, mahasiswa Indonesia kembali menyalakan lilin. Sebuah aksi yang bukan sekadar simbolik, tetapi juga filosofis

By admin
Last updated: 19/02/2025
6 Min Read
Share
indonesia gelap

INDONESIASENTRIS.COM | Di bawah terik matahari, mahasiswa Indonesia kembali menyalakan lilin. Sebuah aksi yang bukan sekadar simbolik, tetapi juga filosofis—karena meski siang bolong, mereka bersikeras bahwa kegelapan menyelimuti negeri ini. Aksi ini konon akan berlanjut menyambut pelantikan kepala-kepala daerah hari ini.

Gerakan “Indonesia Gelap” pun lahir, membawa tuntutan-tuntutan berani yang mengoreksi berbagai program pemerintah. Sebagiannya terdengar seperti menu diet eksperimental: ada efisiensi anggaran yang perlu dipangkas, makan bergizi yang harus direvisi, hingga tambang yang dituntut agar dijauhkan dari ranah akademik.

Namun, mari kita tarik napas sejenak. Gerakan mahasiswa bukanlah fenomena baru. Sejak zaman kolonial, mereka telah menjadi pelopor perubahan —entah sebagai intelektual yang membakar semangat bangsa atau sebagai aktor yang, sadar atau tidak, terseret dalam skenario politik yang lebih besar.

Tapi kali ini, ada yang terasa berbeda: kecepatannya. Demo ini muncul secepat kilat, menggugah pertanyaan: bagaimana mungkin ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru negeri serempak turun ke jalan hanya dalam hitungan hari setelah Presiden Prabowo Subianto mengucapkan kata sakti seperti “Ndasmu” dan “Hidup Jokowi”?

Sebagaimana biasa, polemik pun muncul. Apakah mereka memiliki jaringan komunikasi yang lebih canggih dari transportasi umum kita yang sering tertunda? Ataukah ada “kekuatan tak kasat mata” yang menyediakan segala kebutuhan operasional, dari spanduk hingga nasi bungkus?

Jika gerakan ini benar-benar murni, mahasiswa kita telah mencapai tingkat organisasi yang luar biasa efisien. Namun, jika ada tangan-tangan tersembunyi yang menggerakkan mereka, maka kita sedang menyaksikan sandiwara politik dengan aktor-aktor penuh semangat, tetapi naskahnya ditulis oleh pihak lain.

Mari kita telaah lebih dalam. Salah satu tuntutan utama mereka adalah membatalkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran. Mahasiswa tampaknya menganggap efisiensi ini sebagai pemangkasan kesejahteraan, terutama karena dampaknya pada biaya pendidikan mereka.

Namun, jika anggaran tidak diefisienkan, maka pemerintah harus menambah utang —sesuatu yang mereka juga kritik. Dan jika utang bertambah, besok mereka akan kembali turun ke jalan, mengecam pemerintah yang boros dan gemar berutang. Sebuah ironi yang, kalau dipikir-pikir, mirip buah simalakama.

Lalu ada tuntutan evaluasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Secara prinsip, kebijakan ini bertujuan baik: memastikan anak-anak sekolah mendapat gizi layak. Tapi mahasiswa merasa ada yang perlu dikritisi. Soal dana yang memangkas kepentingan mereka? Atau karena, dalam politik, semua kebijakan memang harus dicurigai?

Yang lebih menarik adalah tuntutan agar dosen dan ASN segera menerima tunjangan kinerja (tukin). Sebuah aspirasi yang wajar, mengingat selama ini para dosen menikmatinya. Namun, mengingat mahasiswa sering mengeluhkan uang kuliah yang mahal, pertanyaannya: dari mana dana tambahan itu akan diambil?

Puncak dari demo ini adalah tuntutan agar mantan Presiden Joko Widodo diadili. Pertanyaannya, dengan pasal apa? Atas kebijakan yang dulu mereka puja-puji? Ataukah ini sekadar ritual tahunan, di mana tokoh yang kemarin dielu-elukan kini harus dicaci maki demi siklus politik yang terus berulang?

Menariknya, kritik terhadap Prabowo justru muncul saat kebijakannya, secara teori, sejalan dengan aspirasi rakyat. Upayanya melawan korupsi, meningkatkan gizi lewat MBG, menyetop utang dan impor, serta membatasi oligarki —semuanya, dalam banyak hal, sesuai dengan narasi perubahan yang selalu dikumandangkan mahasiswa.

Dr. Syahganda Nainggolan bahkan menyebut Prabowo sebagai seorang revolusioner karena kebijakannya berusaha merombak dominasi oligarki. Jika demikian, maka mereka yang berusaha menggagalkan kebijakan ini bisa disebut kaum kontra-revolusi—termasuk mereka yang mungkin memanfaatkan gerakan mahasiswa untuk agenda tertentu.

Dugaan ini semakin menarik jika dikaitkan dengan konsep Defence Industry ala oligarki, sebagaimana dijelaskan oleh ekonom Jeffrey Winters. Oligarki tidak tinggal diam ketika kepentingan mereka terancam. Mereka memiliki alat pertahanan berupa media, akademisi, tokoh masyarakat, dan massa yang bisa digerakkan.

Jadi, apakah demo mahasiswa kali ini bagian dari reaksi pertahanan oligarki? Entahlah. Kita tentu tidak ingin menyederhanakan situasi ini sebagai “mahasiswa ditunggangi” atau “gerakan murni spontan.” Sejarah membuktikan, gerakan mahasiswa bisa menjadi kekuatan moral yang menentang rezim korup dan otoriter.

Namun, di era informasi yang begitu cepat dan kadang manipulatif, mahasiswa perlu lebih kritis terhadap siapa yang sebenarnya diuntungkan dari aksi mereka. Jangan sampai, tanpa disadari, mereka bukan sedang melawan ketidakadilan, tetapi justru menjadi pion dalam skema kekuatan yang lebih besar.

Jadi, apakah mahasiswa benar-benar menjadi lokomotif perubahan? Ataukah mereka hanya pion dalam permainan catur politik yang lebih besar tanpa mereka sadari? Jawabannya ada di tangan mereka sendiri sejalan dengan pemikiran mereka yang mestinya kritis.

Sejauh ini, publik masih percaya mahasiswa adalah harapan bangsa. Tapi harapan itu harus ditopang dengan kesadaran kritis. Jika ingin memperjuangkan rakyat, pastikan tidak ada agenda terselubung yang menyelinap di antara barisan mereka.

Jika tidak, gerakan massiswa ini hanya akan menjadi riak di permukaan —meriah, gaduh, tapi tak membawa perubahan yang berarti. Seperti lilin yang menyala di siang hari, akhirnya padam tanpa pernah benar-benar menerangi kegelapan.

Catatan Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 20/2/2025

TAGGED:indonesia gelap

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook Email Copy Link Print

SUBSCRIBE NOW

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]

HOT NEWS

phri dki jakarta

Rakerda PHRI, Ini Imbauan Menteri Lingkungan Hidup untuk Usaha Hotel dan Restoran

LifestylePariwisata
14/06/2025
Indonesia Tragis, Indonesia Butuh Anies

Indonesia sedang Tragis, Indonesia Butuh Anies

Seorang Anies Baswedan tak membutuhkan validasi kepemimpinannya. Anies juga tak harus mengumbar prestasinya.

14/06/2025
boki-maruru-halteng

Inilah 8 Wisata Alam yang Eksotik di Halamahera Tengah, Yuk Berwisata!

Halmahera Tengah merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Maluku Utara. Berikut destinasi wisata Halmahera…

14/06/2025
Bayt-Al-Qur_an Museum-Istiqlal

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal Resmi jadi Museum Tipe A

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, yang berada di bawah naungan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ),…

21/01/2025

YOU MAY ALSO LIKE

Tanda Tanya Danantara

Di Nusantara, negeri yang gemar membuat gebrakan unik, lahirlah sebuah lembaga maha gagah: Danantara. Apa itu

Dialektika
18/02/2025

UAH Merapat ke Prabowo, Bawa Si Opung dan Si Cepot

Di tengah era digital yang penuh clickbait, pidato Ustadz Adi Hidayat (UAH) selengkapnya berikut ini tidak dibuat untuk menyenangkan algoritma,…

Dialektika
24/04/2025

Bau Korupsi Pagar Laut

Di negeri bernama Indonesia yang entah kenapa sering disebut konoho, sebuah kasus unik sedang mencuri perhatian.

Dialektika
30/01/2025

Usulan Menu Baru MBG, Jangkrik Bos

INDONESIASENTRIS.COM | Bayangkan ini: Anak-anak berhamburan dari kelas, berlari menuju ruang makan, duduk manis, lalu membuka kotak makan siang dari…

Dialektika
30/01/2025

Logo Ikon Indonesia Sentris

Web Syndication:

  • jurnalsecurity.com
  • destinasiindonesia.com
  • promoukm.com
  • seputarhalal.com
  • inilahkita.com
  • suarapesantren.com
  • beasiswakampus.com
  • suaramuslim.id
  • suaramasjid.com
  • caramakan.com
  • carasehat.net
  • beritakamera.com
  • rumahayah.com
  • inibekasi.com
  • persrilis.com
  • About Us
  • Tim Redaksi
  • Disclaimer
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Pedoman Siber
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Seedbacklink
Khazanah IndonesiaKhazanah Indonesia
Follow US
@2025 | IndonesiaSentris
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?