Logo Indosia sentris Logo Indosia sentris
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Reading: Tambang Emas Tembakau Madura Minus Keadilan Sosial
Share
Search
Font ResizerAa
Khazanah IndonesiaKhazanah Indonesia
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Heritage
  • Saintek
Search
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Follow US
Made by ThemeRuby using the Foxiz theme. Powered by WordPress
Home » Blog » Tambang Emas Tembakau Madura Minus Keadilan Sosial
Dialektika

Tambang Emas Tembakau Madura Minus Keadilan Sosial

Madura, pulau tanpa gunung emas, tembaga, atau nikel seperti Papua. Tapi jangan salah, pulau ini punya tambang emas yang lebih harum —tembakau.

By admin
Last updated: 15/05/2025
5 Min Read
Share

INDONESIASENTRIS.COM | Madura. Sebuah pulau tanpa gunung emas, tembaga, atau nikel seperti Papua. Tapi jangan salah, pulau ini punya tambang emas yang lebih harum —tembakau.

Namun seperti banyak kisah sukses di negeri ini, yang menikmati kekayaan itu bukanlah mereka yang memeras keringat menanamnya. Di balik harum tembakau Madura, terselip kisah getir tentang ketimpangan dan keadilan yang tak kunjung tiba.

Farid Makruf, pengkaji Lemhannas RI, dalam artikelnya di Disway menyebut bahwa meski tak punya tambang emas, Madura menyimpan ladang-ladang Campalok —tembakau unggulan yang bisa menembus harga Rp5 juta per kilogram.

Tembakau tumbuh subur di tanah Sumenep dan Pamekasan. Bahkan Madura menjadi lumbung tembakau nasional. Ironisnya, meski menyumbang porsi besar dari pendapatan cukai tembakau negara, para petaninya justru tercecer di pinggiran.

Madura ibarat negeri dalam dongeng, bukan karena glamor, tapi karena absurd. Petani tembakau meneteskan peluh di tanah tandus demi hasil panen yang tak selalu setimpal. Dan tiap musim panen, harga kerap terjun bebas. Para tengkulak seolah menjadi tuan pasar, sementara petani cuma bisa pasrah.

Setiap tahun, Madura menyumbang miliaran rupiah lewat cukai hasil tembakau. Tapi mari kita tanya: ke mana larinya dana bagi hasil cukai itu (DBHCHT)? Jawabannya sering kali membuat kepala pening. Dana lebih banyak digunakan untuk pengawasan rokok ilegal dan program kesehatan, sementara petani hanya kebagian remah-remahnya.

Pabrik-pabrik raksasa seperti Gudang Garam dan Sampoerna terus menikmati untung besar. Petani tembakau? Mereka tetap bergelut dengan nasib dan musim.

Tapi jangan salah. Bagi petani Madura, tembakau bukan sekadar komoditas. Ia adalah pusaka budaya. Seperti ditulis Farid Makruf, tembakau adalah “aroma peluh nenek moyang dengan kadar nikotin yang kuat.” Ia bukan hanya tanaman, tapi identitas, cuaca, dan musim.

Kini muncul harapan baru: koperasi petani berbasis desa. Mungkinkah ini jalan keluar? Mungkinkah pula muncul Koperasi Merah Putih, yang memutus dominasi tengkulak dan memperkuat posisi tawar petani?

Tapi lagi-lagi, semua ini hanya akan jadi wacana jika pemerintah tak berpihak. Jika kebijakan tetap disusun untuk kenyamanan para pemilik modal, bukan kesejahteraan petani kecil, koperasi pun bisa jadi hanya mimpi di siang bolong.

Ironisnya, negara bisa dengan bangga memamerkan triliunan pendapatan cukai, sementara petani yang menyumbang pendapatan itu justru hidup dalam ketidakpastian.

Farid menulis tegas: “Keadilan fiskal bukan hanya soal bagi-bagi dana, tapi memastikan bahwa semua yang menghidupi negeri ini—termasuk petani tembakau Madura—tidak ditinggalkan di barisan belakang.”

Karena itu, pemerintah semestinya menjadikan DBHCHT bukan sekadar alat kontrol, tapi sarana pemberdayaan. Misalnya, mengalokasikan sebagian dananya untuk riset dampak kesehatan dan ekonomi dari konsumsi tembakau. Ini bukan hanya soal menjaga kesehatan masyarakat, tapi juga membuka ruang inovasi dan kesejahteraan bagi petani.

Contohnya bisa dilihat dari inisiatif “Rumah Sehat” di Malang, hasil kajian seorang profesor Universitas Brawijaya, yang mengembangkan filter rokok yang konon bisa mengurangi dampak buruk merokok. Meski masih perlu verifikasi ilmiah, ini menunjukkan potensi besar inovasi lokal.

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, pernah menulis soal ini, menyoroti pentingnya dukungan terhadap riset yang memberi alternatif bagi perokok dan membuka peluang baru bagi petani.

Maka, mendukung riset semacam ini seharusnya jadi prioritas. Ini tak hanya menurunkan risiko kesehatan, tapi juga memberi petani jalan menjadi bagian dari solusi, bukan hanya bagian dari masalah.

Tembakau Madura mungkin bukan emas dalam pengertian biasa, tapi bagi petani, itu adalah sumber hidup. Dan sudah saatnya mereka turut menikmati hasil jerih payahnya.

Jika negara mengantongi triliunan dari tembakau, maka negara pun wajib menjamin kesejahteraan para petani yang menanamnya.

Maka, saat kita bicara tentang tambang emas Madura, marilah jangan hanya terpaku pada hasil panen, tapi pada siapa yang menanamnya. Sebab di balik sehelai daun tembakau Madura, tersembunyi harapan, sejarah, dan keadilan yang masih harus diperjuangkan.

Catatan Cak AT – Ahmadie Thaha (Kolumnis)
Ma’had Tadabbur al-Qur’an

TAGGED:farid makrufmantan pangdam jatimpeneliti lemhanastemabakau madura

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook Email Copy Link Print

SUBSCRIBE NOW

Subscribe to our newsletter to get our newest articles instantly!
[mc4wp_form]

HOT NEWS

phri dki jakarta

Rakerda PHRI, Ini Imbauan Menteri Lingkungan Hidup untuk Usaha Hotel dan Restoran

LifestylePariwisata
14/06/2025
Indonesia Tragis, Indonesia Butuh Anies

Indonesia sedang Tragis, Indonesia Butuh Anies

Seorang Anies Baswedan tak membutuhkan validasi kepemimpinannya. Anies juga tak harus mengumbar prestasinya.

14/06/2025
boki-maruru-halteng

Inilah 8 Wisata Alam yang Eksotik di Halamahera Tengah, Yuk Berwisata!

Halmahera Tengah merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Maluku Utara. Berikut destinasi wisata Halmahera…

14/06/2025
Bayt-Al-Qur_an Museum-Istiqlal

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal Resmi jadi Museum Tipe A

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, yang berada di bawah naungan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ),…

21/01/2025

YOU MAY ALSO LIKE

Raja Berita di Ratusan Kota

Dengan hanya satu laptop dan sekumpulan algoritma yang diopreknya dari khazanah ilmu kecerdasan buatan, ia menjadi raja media.

Dialektika
12/02/2025

Tanda Tanya Danantara

Di Nusantara, negeri yang gemar membuat gebrakan unik, lahirlah sebuah lembaga maha gagah: Danantara. Apa itu

Dialektika
18/02/2025

Demokrasi Yang Penuh Bug

INDONESIASENTRIS.COM | Demokrasi, kata sebagian orang, termasuk sistem terbaik yang pernah diciptakan manusia, meskipun penuh cacat. Namun, ada juga yang…

Dialektika
03/02/2025

Sertifikasi Kepemilikan Laut, Fatwa Saja Tak Cukup!

Mungkin laut tidak bisa menangis, tapi kalau bisa, pasti ia sudah berlinang air mata lebih asin dari biasanya. Bagaimana tidak?

Dialektika
19/02/2025

Logo Ikon Indonesia Sentris

Web Syndication:

  • jurnalsecurity.com
  • destinasiindonesia.com
  • promoukm.com
  • seputarhalal.com
  • inilahkita.com
  • suarapesantren.com
  • beasiswakampus.com
  • suaramuslim.id
  • suaramasjid.com
  • caramakan.com
  • carasehat.net
  • beritakamera.com
  • rumahayah.com
  • inibekasi.com
  • persrilis.com
  • About Us
  • Tim Redaksi
  • Disclaimer
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Pedoman Siber
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Heritage
  • Lifestyle
    • Pariwisata
  • Saintek
  • Ekonomi
Seedbacklink
Khazanah IndonesiaKhazanah Indonesia
Follow US
@2025 | IndonesiaSentris
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?